Indonesia, Kisah Nyata - Cerita misteri dibalik jeruji besi ini bermula dari kesaksian seorang tahanan perempuan bernama Nyonya Ripah (51) yang mengaku dihantui oleh makhluk halus di dalam tahanan. Nyonya Ripah merupakan seorang janda tiga orang anak yang saat itu ditahan di Polsek Bubutan Surabaya akibat kasus pencurian. Awalnya ia terlihat sering membuat kegaduhan dengan cara menangis histeris. Ia mengaku tengah stress akibat jauh dari keluarga, ditambah selama di balik jeruji besi, ia kerap kali dihantui.
Ripah merupakan satu-satunya orang di ruangan tahanan tersebut. Sebelum menetap di rumah tahanan Polsek Bubutan, Ripah ditangkap oleh anggota Polsek Benowo akibat kasus pencopetan di pasar Sememi (Benowo, Surabaya), kemudian ditahan di Polresta Surabaya Utara (nama Polsek Bubutan sebelumnya). Pada awal ia ditahan disana, ia mengaku tidak menemukan keganjilan apapun. “..tidak ada apa-apa”, ujarnya. Alasan Ripah dipindahkan ke sel tahanan di Polresta Surabaya Utara kala itu (2008) adalah karena Polsek Benowo tidak memiliki tahanan khusus perempuan. Pada awalnya, Ripah menghuni sel tahanan tersebut bersama sejumlah tahanan perempuan. Namun setelah Polresta Surabaya Utara berganti nama menjadi Polsek Bubutan (2009), Ripah menghuni sel tahanan seorang diri.
Sebelumnya, sel kamar tahanan perempuan yang dihuni Ripah diketahui memang sudah lama kosong. Apalagi area tahanan perempuan di Kantor Polsek Bubutan berada di pojok dan sangat jarang terlihat polisi yang lewat berlalu lalang disekitar area tersebut. Beda halnya dengan sel tahanan laki-laki yang memang ditinggali oleh banyak orang, dan areanya dekat dengan ruang kerja para anggota Polisi Polsek Bubutan.
Menurut penuturan beberapa penduduk, bangunan eks Polresta Surabaya Utara tersebut memang terkenal angker. Ia merupakan bangunan peninggalan kolonial Belanda yang hingga kini gedungnya tidak mengalami perubahan yang signifikan., bahkan sejak puluhan tahun bangunan itu didirikan. Di tembok dan langit-langit gedung juga masih tampak berbagai ornamen khas bangunan Belanda yang mungkin sengaja tidak dihilangkan jejaknya.
Bahkan pada masa awal perubahan polres-polres di Surabaya menjadi Polrestabes Surabaya, gedung peninggalan Belanda itu sempat kosong dan hanya terdapat beberapa orang polisi jaga. Sejak itulah mulai muncul cerita-cerita mistis sebab tidak banyak polisi jaga yang berani masuk ke gedung tersebut, apalagi saat hari mulai malam. Kisah misteri ini semakin menjadi-jadi setelah terjadinya peristiwa ditemukannya seorang saksi kasus pembunuhan satpam yang tewas gantung diri di kamar mandi (letaknya di depan kamar tahanan yang kini ditinggali oleh Ripah).
Kejadian yang dialami Ripah pada awalnya jelas dianggap tidak masuk akal oleh penghuni lain di Polsek Bubutan. Namun hal itu tetap menimbulkan kegaduhan, sebab pada Minggu (13/3/2011), Ripah berteriak dan menangis histeris didalam sel. Ia merasa depresi hingga menangis tiada henti akibat diganggu oleh penghuni lain selain Ripah yang dilihatnya berupa wujud manusia berkepala kerbau. Ripah menceritakan bahwa makhluk siluman itu berusaha menyeruduknya. Ia memiliki mata merah yang menandakan bahwa ia tengah terganggu atas hadirmya Ripah di sel tersebut. Sontak setelah Ripah melihat sosok siluman itu, ia berdiri dan lari ke bagian luar sel, namun masih di dalam tahanan. Hanya saja ia mengaku sudah tidak mampu berteriak untuk meminta bantuan sebab lehernya terasa tercekat. Sehingga ia hanya menjerit ketakutan dan menangis.
Saat ia tengah dilanda ketakutan akibat siluman Kerbau tersebut, ia mengaku melihat Meneer Londo (Tuan berkebangsaan Belanda) yang membawa seorang anak kecil. Meneer Londo tersebut digambarkan oleh Ripah sebagai seorang yang memiliki tubuh besar dan berambut pirang. Ia merangkulnya hingga siluman kerbau itu tidak mampu menyeruduk Ripah. Setelah menyelamatkan Ripah, orang Belanda beserta anak yang dibawanya itu terlihat menghilang di balik tembok Tersebut Dan Ripah pun di pindah kan ke sel barunya.
Demikian cerita misteri dibalik jeruji besi menurut kesaksian Nyonya Ripah, semoga dapat menjadi pengetahuan bagi khalayak sehingga mampu lebih berhati-hati dalam bersikap dan bertutur kata dimanapun berada, juga senantiasa menjaga diri dengan berdo’a kepada Yang Maha Kuasa.
No comments:
Post a Comment