Infomasi Penting : SITUS REKOMENDASI DARI KAMI SAAT INI ADALAH JPOKER99.COM dan JBANDAR.COM, MIN DEPO RENDAH WINRATE MANTAP, SILAKAN DI GAS BOSKU

Friday, 4 October 2019

# Kisah Karomah Batu Qur’an Pandeglang Banten

Kisah Karomah Batu Qur’an Pandeglang Banten

Indonesia, Misteri - Dalam catatan sejarah, awal mula munculnya pemandian Batu Qur’an yang terletak di kaki Gunung Karang, tepatnya di Desa Kadubumbang, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang berkaitan erat dengan syekh Maulana Mansyur, ulama Banten yang terkenal di abad ke-15.

Kisah Karomah Batu Qur’an Pandeglang Banten

Konon lokasi dimana Batu Qur’an ini dahulu diyakini adalah pijakan kaki syekh Maulana Mansyur ketika hendak pergi haji ke tanah suci Makkah. Dengan membaca basmalah sampailah beliau ke tanah suci, Makkah. Ketika Syekh Maulana Mansyur pulang dari Makkah, beliau muncul bersama air dari tanah yang tidak berhenti mengucur. Banyak orang meyakini bahwa air yang mengucur tersebut adalah air zam-zam.

Syekh Maulauna Mansyur kemudian bermunajat kepada Allah dengan shalat dua raka’at di dekat keluarnya air tersebut. Selesai shalat Syekh Maulana Mansyur kemudian mendapatkan petunjuk untuk menutup air tersebut dengan Al-Qur’an.

Atas izin Allah air tersebut berhenti mengucur dan Al-Qur’an tersebut berubah menjadi batu, sehingga batu itu dinamakan Batu Qur’an.

 Daftar Sekarang

Syekh Maulana Mansyur bagi sebagian warga Banten memang dikenal sebagai salah seorang ulama pemberani, cerdas, piawai dalam memainkan alat-alat kesenian bernafaskan Islam.

Di masa kejayaan Sultan Hasanudin, Syekh Maulana Mansyur atau juga dikenal sebagai Ki Mansyur yang juga cakap dalam ilmu pertanian serta komunikasi. Sehingga beliau diserahi tugas untuk menjaga kawasan Islam Banten Selatan dan berdomisili di Cikaduen.

Secara kasat mata batu dengan berukuran 2 meter tersebut akan terlihat seperti batu pada umumnya, dengan cara apapun dan dengan alat apapun tidak akan bisa terlihat tulisan Al-Qur’an dibatu tersebut. Namun menurut kepercayaan tulisan A-Qur’an dapat dilihat dan dibaca dengan mata batin.

Kisah Karomah Batu Qur’an Pandeglang Banten

Diyakini hanya orang dengan hati dan jiwa yang bersih bisa melihat tulisan Al-Qur’an padaa batunya. Itupun terlebih dahulu harus melakukan beberapa proses ritual dengan atas izin Allah SWT seperti berpuasa, shalat, dzikir dan memanjatkan do’a kepada Allah SWT.

Walaupun musim kemarau panjang, air yang berada dalam kolam pemandian dengan air jernih dengan kedalaman 1,5 meter tidak akan pernah mengering, bahkan terus mengeluarkan air.

Namun ada pula yang meyakini bahwa Batu Qur’an tersebut berasal dari Syekh Maulana Mansyurdin yaitu seorang ulama Auliyaillah, pada waktu itu berada di Makkah. Kemudian beliau menyelam kedalam sumur zam-zam namun keluar atau timbul di suatu mata air yang terdapat di daerah Cibulakan Banten.

Kemudian Syekh Mansyurdin mengambil Al-Qur’an untuk menghentikan laju mata air yang mancur deras tersebut, hingga akhirnya pun air tersebut dapat dapat dihentikan den Al-Qur’an tersebut berubah menjadi sebuah batu. Lalu Syekh Mansyurdin kemudian mengukir tulisan Al-Qur’an pada batu tersebut menggunakan telunjuknya.

Syekh Maulana Mansyurdin, dalah putra dari Sultan Agung Abdul Fatah Tirtayasa. Sekitar tahuun 1651 M, Syekh Maulana Mansyurdin menikah dengan seorang gadis dari Desa Cikoromoy-Banten, bernama Nyi mas Ratu Sarinten dan dikarunia seorang anak bernama Muhammda Sholih.

Sykh Maulana Mansyurdin merupakan salah satu ulama yang menyebarkan Islam di Banten Selatan. Menurut cerita, Beliau terkenal sakti dan dapat bersahabat dengan bangsa jin.

Ada cerita bahwa pada zaman dulu, ketika Syekh Mansyurdin berjalan ke sebuah hutan, kemudian tiba-tiba beliau mendengar suara harimau yaang merintih kesakitan, sehingga menghampiri harimau tersebut. Ketika dihampiri oleh Syekh Mansyurdin, harimau tersebut tengah terjepit sebuah pohon besar. Lalu Syekh Mansyurdin menolong harimau tersebut sehingga terlepas dari himpitan kayu, setelah dibebaskan harimau tersebut mengaung dan menunduk di hadapan syekh Masyurdin.

Dengan kemuliaan yang dimilikinya Syekh Mansyurdin, beliau dapat bercakap-cakap dengan harimau tersebut. “Engkau, atas izin Allah telah aku selamatkan, maka aku minta pada engkau dan anak turunanmu untuk tidak mengganggu keluarga dan anak keturunanku,” kata Syekh Mansyurdin kepada harimau tersebut.

Sang harimau pun menyanggupinya, hingga saat ini berkembang cerita bahwa anak keturunan Syekh Mansyurdin dapat menaklukan harimau.

Syekh Maulana Mansyurdin meninggal dunia pada tahun 1672 M dan dimakamkan di Cikaduen Pandeglang Banten.

Hinggakini makam beliau sering di ziarahi oeh masyarakat sekitar luas, tidak hanya masyarakat dari Banten tetapi juga dari luar Banten, makam Syekh Maulana Mansyurdin paling ramai dikunjungi pada hari-hari besar Islam.

 Daftar Sekarang

No comments:

Post a Comment

Follow Us @soratemplates