Infomasi Penting : SITUS REKOMENDASI DARI KAMI SAAT INI ADALAH JPOKER99.COM dan JBANDAR.COM, MIN DEPO RENDAH WINRATE MANTAP, SILAKAN DI GAS BOSKU

Wednesday, 22 January 2020

# Kisah Nyata Mendapatkan Jimat Gigi Petir

Kisah Nyata Mendapatkan Jimat Gigi Petir

Masterceme - Misteri Tengah Malam akan berbagi kisah seseorang yang mendapatkan kemampuan supranatural setelah mengalami kejadian,mungkin keajaiban yang didapatkannya hampir mirip dengan si kecil ponari yang mendapatkan batu petir.Inilah cerita mistik terbaru hari ini,kita simak kisahnya.

ILustrasi petir

Petir berulang kali rnenggelegar di atas rumahku. Kata orang tua dulu, petir itu dibuat Tuhan untuk membunuh iblis. Menghancurkan setan di muka bumi. “Untuk rnenghukum setan laknatullah di permukaan bumi, maka Allah menurunkan petir dan membumihanguskan si setan itu melalui petir itu. Petir adalah bom Sang Pencipta mernberangus iblis. Walau, secara ilrnu fisika alamiah, teori rnenyatakan, bahwa petir itu terjadi karena benturan energi padat yang super hebat di langit lalu menghasilkan listrik. Listrik yang liar di langit itulah, yang dinamakan petir,” dernikian kata ayahku, Haji Muharnad Muhdazir Marhan, ketika aku kecil.

Tapi, jujur saja, karena takut di rumah ku ada iblis, maka aku membaca auzubillahiminassyaitonirrojim secara berulang. Artinya, aku berlindung kepada Allah SWT dari godaan iblis yang terkutuk. Harapanku, agar rumahku tidak dihantam petir karena kehadiran iblis itu.

“Bila ada petir yang terus menggelegar di dekat rumahmu, bacalah auzubillah, berlindunglah kepada Allah agar petir pergi dari daerah rumahmu dan rumah serta keluargamu akan selamat dari bencana alam dan serangan petir itu,” desis Kyai Abdullah Abdurrahman Altos,  78 tahun, kyai sepuh, guru spritualku di Kertapati, Palembang, Sumatera Selatan, ketika aku masih kuliah di Universitas Sriwijaya, lnderalaya.

Pada pukul 20.15 malam, petir itu benar-benar menyambar begitu dekat dari rumahku.
Hujan deras disertai kilat, gluduk, gledek dan guntur yang saut menyahut. Alampun, saling sambat sinambat dengan isi bumi, manusia, makhluk hewan dan suara elektron di kulis bumi. Namun, beberapa saat kemudian, aku mendengar suara gdubrak hebat, menusuk jantungku. Bruggg. Duh Gusti, arkian, ternyata pohon mangga di depan rumahku yang disambar petir. Bagian atas pohon roboh dan jatuh ke tanah.

Malam itu menjadi malam yang mencekam. Petir dan guntur membuat kami sekeluarga kecut, takut dan cemas. Hujan deras dengan angin kencang, melahirkan suara seperti laut, bagaikan air perairan samudera menghantam karang. suara itu.semakin lama semakin keras dan menakutkan. Dua anakku mendekat kepadaku, mereka keduanya aku peluk erat agar rasa takut kami dapat berkurang. Pikirku, bila kami harus tersambar petir, maka kami bertiga akan mati bersamaan, menyusul ibu mereka, istriku yang sudah lima bulan lalu meninggal.

Malam itu, usai petir menyambar pohon manggaku, aku keluar rumah mendekati pohon mangga itu dengan senter. Aku berpayung dan melindungi kepalaku dengan topi caping juga. Di bawah pohon, ada benda warna putih jatuh ke tanah, berbunyi kienting, begitu, dan aku mengambil benda itu.
Syahdan, ternyata benda itu adalah gigi petir. Petir menyambar pohon biasanya dengan gigitan, gigitan itu dengan gigi dan giginya sering tertinggal disasaran yang diserangnya. Memang tidak semua pohon korban petir ada giginya. Kebetulan, pohon mangga, dihajar petir berikut gigi yang tertinggal.

Kata ayahku, gigi petir itu adalah rejeki. Musibah yang memberikan rejeki bagi siapapun yang menemukannya. Gigi petir itu bisa menjadi obat penyakit apapun. Bisa menjadi jimat kesuksesan dan bisa menjadi aji-aji penglaris dagang, pelancar usaha dan guna-guna percintaan.
“Bapak dulu berburu gigi petir ke beberapa hutan, beberapa gunung dan tepi laut. Kami mencari gigi petir untuk dijadikan jimat,” cerita ayahku.

Rumah kami berada di tengah perkebunan mangga di Tugumulya Utara, Kabupaten Ogan Komering ilir. Dua anakku yang masih duduk di bangku sekolah dasar, bersekolah di desa ini juga, dua kilometer dari rumah kami. Setiap hari mereka pergi sekolah dengan ojek. Satu ojek, mereka berdua. Jika dua ojek untuk dua anak, terlalu boros. Maka itu, untuk mengirit biaya, satu ojek untuk dua anak. Maka itu, mereka selalu naik motor bertiga bersama Bang Rahman, Sang Tukang Ojek.

Dua anakku ini, menjadi tumpuanku. Menjadi sentral perhatian dan sekaligus harapan. Aku bertekad untuk membesarkan dengan baik dua buah hatiku ini. Aku bertekad bulat-bulat, akan jungkir balik mencari uang untuk biaya pendidikan mereka. Mereka harus sarjana dan menjadi sesuatu di masa depannya. Aku akan jadikan mereka orang penting. Jika perlu mereka menjadi pejabat tinggi negara. Jadi bupati, gubernur atau menteri.

Bahkan, jika perlu, menjadi presiden. Cita-cita dan angan ini, insya Allah, didengar Tuhan dan dikabulkan-Nya. Caranya, adalah dengan berjuang keras, bekerja keras untuk mewujudkan cita-cita itu. Kata pepatah, jangan takut bermimpi, bermimpilah setinggi-tingginya mimpi. Namun, kamu harus bekerja keraslah mengejar mimpi itu, yaitu, untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu.

Ya, aku selalu percaya bahwa setiap anak diberikan Allah rejeki. Masing-masing anak ada rejekinya sendiri-sendiri. Jangan takut anak kita tidak ada rejeki. Artinya, selagi kita mau berusaha, berjuang menggapai rejeki itu, Allah pasti akan memberikan. Untuk itu, walau aku terpuruk sejak meninggalnya istriku, namun aku berusaha bangkit lagi dan berdiri tegak.

Dengan keyakinan total, bahwa Allah pasti akan membantuku. Allah pasti akan menolongku. Sejak aku belum ada. Sejak tetes sperma ayahku bergabung dengan indung telur janin ibuku lalu membentuk segumpal daging. Lalu, beberapa saat setelah itu Allah Azza Wajalla meniupkan roh ke tubuhku, saat itulah rejeki diberikan Tuhan kepadaku. Aku mendapatkan asupan gizi, makanan berprotein di dalam kandungan lewat makanan yang dimakan ibuku, lalu membesar menjadi bayi dan dilahirkan ibuku, lalu setelah lahir makan pula via susu ibuku. Jadi, sejak dari dalam kandungan ibu, kita sudah diberikan rejeki oleh Allah Yang Maha Agung.

Dengan keyakinan penuh, aku bisa membesarkan anakku dengan baik dan anakku akan menjadi petinggi negeri. Dari desa kecil, dari kehidupan yang miskin dan sederhana, aku membesarkan anak-anakku dengan cinta kasih. Aku menolak menikah dan menampik berbagai tawaran kawin, demi dua buah hatiku. Demi cintaku kepada mereka. Pikirku, tidak ada ibu tiri yang balik buat anak tirinya. Kalau pun, ada, sangatlah jarang dan langka.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Bila datang saat-saat malam tertentu di kala sepi, gejolak seksual. Maka, aku langsung mengambil wudhu dan sembahyang. Bila tidak sembahyang tahajut, aku melakukan wudhu untuk berdoa di tikar sembahyang, menengadah ke langit-langit rumah atau menundukkan kepala, berserah diri kepada Allah Azza Wajalla. Bila sudah konsentrasi kepada Tuhan, maka semuanya hilang dengan sendirinya. Semua nafsu angkara murka lenyap dan aku bisa tertidur dengan nyenyak dan nyaman.

Diam-diam, jika aku menyaksikan orang sakit, jimat gigi petir aku masukkan di dalam air segelas. Setelah itu, air yang telah dicampur aura gigi petir aku berikan kepada orang yang sakit. Alhamdulillah, yang meminum air gigi petir itu, yang tadinya sakit, langsung sembuh.

Tetangga sebelah rumah yang sakit jantung, habis dana ratusan juta ke rumah sakit namun tidak sembuh-sembuh, dengan air gigi petirku, alhamdulillah, langsung sembuh. Warga desa sebelah yang menderita kanker serfik, aku beri minum air gigi petir, menjadi sembuh dan normal kembali. Pasangan suami istri yang tidak punya anak sepuluh tahun pernikahan, aku beri air gigi petir dan aku niatkan supaya mereka punya keturunan, sang istri lalu hamil dan punya anak.

Karena banyak yang dapat tertolong oleh air putihku, maka banyak orang datang ke rumahku untuk berobat. Semua yang berpenyakit minta tolong, minta didoakan dan minta minum air putih pemberianku. Namun, mereka semua tidak tahu bahwa air yang aku berikan sebagai obat, adalah karena gigi petir yang aku punya. Aku takut, gigi petir milikku akan diperebutkan orang. Bahkan gigi petir milikku akan dirampok orang, dipaksa ambil dengan kekerasan, hingga aku jadi merahasiakannya.

Karena pasien yang datang ke rumah makin banyak dan heboh, akhirnya aku memutuskan pindah ke Jakarta membawa anak-anakku. Kami membeli rumah sederhana di Kota Tangerang, Banten dan tidak praktek keparanormalan lagi. Aku belajar membuat gigi, sesuai bisikan gaib yang aku terima dari gaib dan dengan tekun aku mempelajari.

Gigi petir, harus berkaitan dengan bisnis gigi supaya maju. Dengan bisikan itu, maka aku tekuni betul usaha membuat gigi. Alhamdulillah, kini usaha membuat gigiku maju pesat dan aku menjadi ahli di bidang itu.
Anak-anakku bersekolah dengan lancar. Mereka selaluku beri minuman air putih dari gigi petir. Bahkan kedua anakku menjadi juara kelas terus dan keduanya, karena terpintar di sekolahan, selalu mendapatkan bea siswa lokal. Semua lancar hingga mereka selesai perguruan tinggi dan menjadi sarjana.

Berkat gigi petir, anak-anakku sangat mudah mendapatkan pekerjaan dan mendapatkan kedudukan yang sangat bagus di perusahaan. Gaji mereka sangat besar dan mereka menjadi pegawai yang baik, disiplin, cerdas, cekatan dan membawa rejeki pada perusahaan. Perusahaan tempat mereka bekerja maju pesat dan mendapatkan keuntungan besar karena aura anak-anak ku dan air gigi petir.

Kini kedua anakku menjadi direktur utama perusahaan besar. Bahkan keduanya menangani usaha joint ventures dengan negara Amerika Serikat dan Kanada. Keduanya kaya raya dan membuatkan aku rumah mewah membelikan aku mobil baru dan tanah-tanah untuk peternakan di daerah Japos, Bogor, Jawa Barat.
Mereka meminta aku untuk menikah biar aku ada teman.

Kisah Nyata Mendapatkan Jimat Gigi Petir

Namun, aku tidak mau menikah dan menerima keadaan sendirian saja dan mendalami ilmu makrifat serta mengarah menjadi sufi. Untuk itulah, rumah mewah, mobil bagus dan tanah peternakan yang luas, aku titipkan ke saudara dan aku memilih rumah sederhana yang sempit dan kumuh. Anak-anakku protes, tapi mereka menyadari bahwa demikian perintah gaib yang aku terima dan aku harus jalani dari gaib penunggu gigi petir yang kumiliki.

Perjanjian gaib dengan gigi petir, aku tidak boleh hidup bermewah-mewah, tidak boleh mempunyai nafsu kepada lawan jenis maupun sejenis, tidak boleh tamak, tidak boleh serakah dan tidak boleh sombong. Semua perjanjian dan pantangan itu, aku penuhi dan aku sangat disiplin kepada perjanjian tersebut.
Terakhir, dua anakku mencalonkan diri sebagai anggota DPR-Rl dan yang satu lagi mencalonkan DPD, Dewan Perwakilan daerah Banten. Setiap hari mereka aku beri minum air gigi petir dan kudoakan dengan cara berserah diri total kepada Allah Azza Wajalla. Alhamdulillah, keduanya terpilih. Yang satu melenggang ke Senayan menjadi anggota dewan, yang satu lagi juga melenggang menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah.

Seorang calon gubernur, meminta bantuan dan telah melakukan pertemuan denganku sebanyak tiga kali dan aku minumkan air gigi petir. Sebelum pemilihan legislatif lalu, di luar dugaan, termasuk diriku sendiri, dia terpilih menjadi kepala daerah. Padahal dia tidak diperhitungkan dan dikategorikan sebagai calon bukan unggulan samasekali.

Namun, berkat pertolongan Allah melalui gigi petir, maka pasienku itu menjadi gubernur, terpilih dengan jumlah suara cukup meyakinkan setelah berlangsung pilkada gubernur dua putaran. Kini gubernur ini menjadi pemimpin yang baik, cekatan dan disenangi oleh rakyatnya. Dia langsung menjadi pemimpin yang mumpuni dan amanah.

  Kini, gigi petir ku menghilang. Aku cari ke mana-mana di dalam rumahku, tidak aku temukan lagi. Namun, pada suatu malam, aku bermimpi kedatangan kakek tua berbaju lusuh, bertopi haji, berjanggut putih panjang sekali namun tanpa kumis. Dia menyatakan bahwa, gigi petir milikku telah kembali ke langit. Gigi petir itu akan turun lagi di suatu daerah yang ditentukan, yaitu daerah Gunung Slamet, Jawa Tengah. Katanya,
Bila aku mau mendapatkan gigi petir itu lagi, aku harus pindah ke Desa Jetis Wetan di kaki Gunung Slamet. Yaitu jatuh pada sebuah pohon sengon di timur Desa Jetis wetan. Gigi petir itu, kata Si kakek berjenggot, akan turun bersama petir yang akan mematikan pohon sengon tersebut.

  Besok harinya, aku langsung berangkat ke Jawa. Aku naik mobil pribadi dan melewati kota Bandung, kota Garut, Tasikmalaya, Banjar langsung ke Purwokerto dan menuju Jetis Wetan. Aku mencari rumah di Situ dan membeli rumah itu. Maka, dapatlah aku rumah gubuk dan gedek, atap rumbia dan di dekat sebuah pohon snegon berusia 400 tahun. Pohon itulah yang akan dihajar petir dan gigi petirku yang kembali ke langit, akan jatuh di batang pohon sengon itu.

  Namun, setelah sebulan aku tinggal di Jetis Wetan tidak ada petir yang menyambar pohon sengon, maka aku pulang kembali ke Kota Tangerang. Karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan di daerah ini. Namun, kabar dari tetangga di Jetis Wetan, pohon sengon dekat rumahku tersambar petir. Pohon itu mati dan kini semua warga mengungsi karena Gunung Slamet menunjukkan tanda-tanda marah. Setiap malam ada ledakan di Gunung Slamet dan mengeluarkan api lahar panas. Maka itu, semua warga Jetis Wetan membawa ternak pindah ke daerah lain untuk menyelematkan diri.

  Sementara itu, diam-diam, aku masuk ke Jetis wetan untuk menemukan pohon sengon yang terbakar petir. Aku terus mencari gigi petir itu dan alhamdulillah, gigi petir itu aku temukan kembali dan aku simpan dengan rapih. Kini gigi petir yang Sempat menghilang ke langit itu, aku simpan di lemari besi dan terkunci rapat. Tapi, sang kakek tua datang lagi. dan berpesan, jangan dikunci rapat, karena gigi petir itu tak akan pergi dan tak akan hilang lagi. Sebab, gigi petir itu memang milikku secara munni.

“Kau telah mendapatkannya di Sumatera Selatan, lalu hilang, dan kemudian kau temukan lagi jauh di Jetis Wetan, Jawa Tengah,” kata Si kakek, sambil mencium keningku lagi pergi ke langit.
Arkian, ternyata sang kakek berjenggot putih, adalah gaib yang diutus Penguasa Petir, untuk menjaga gigi petir yang diturunkan di muka bumi di seluruh dunia. Dialah gaib gigi petir yang menjaga jimat gigi petir yang sakti mandraguna. Duh GuSti, terima kasih Allah Azza Wajalla yang telah memberikan gigi batu putih itu untuk diriku. Agar dijaga dan dipergunakan baik untuk kemanusiaan di kulit bumi di kolong langit yang fana ini. Terima kasih Gusti. Terima kasih.

 Daftar Sekarang

No comments:

Post a Comment

Follow Us @soratemplates