Infomasi Penting : SITUS REKOMENDASI DARI KAMI SAAT INI ADALAH JPOKER99.COM dan JBANDAR.COM, MIN DEPO RENDAH WINRATE MANTAP, SILAKAN DI GAS BOSKU

Sunday 29 March 2020

Legenda Asal Mulanya Terbentuk Danau Singkarak

02:40 0 Comments
Masterceme, Legenda - Danau Singkarak dengan luas 107,8 m2 merupakan danau terluas kedua setelah Danau Toba di Pulau Sumatra, Indonesia. Danau yang berada di ketinggian 36,5 meter dari permukaan laut ini terletak di dua kabupaten di Provinsi Sumatra Barat, yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar.  Jika para wisatawan yang ingin menikmati keindahan panorama Danau ini, ada beberapa titik yang perlu di singgahi yakni di Daerah Kenagarian Kacang, Paninggahan, Malalo dan Pitalah.

Legenda Asal Mulanya Terbentuk Danau Singkarak

Menurut penduduk setempat ada sebuah cerita yang turun temurun di”kaba” kan tentang asal mula terbentuk nya Danau Singkarak. Bagaimana terbentuk nya Danau Singkarak? Kita simak dibawah ini mengenai Legenda Terbentuknya Danau Singkarak

Pada zaham dahulu kala, di sebuah taratak kecil di nagari Minangkabau, menetaplah keluarga Pak Buyung. Pak Buyung tinggal di sebuah gubuk kecil di pinggir sawah bersama istri dan seorang putra. Putra pak Buyung masih kecil , Ia bernama Indra. Sehari-harinya, Pak Buyung bersama istrinya mengumpulkan hasil-hasil hutan dan menangkap ikan.

Indra sering membantu kedua orang tuanya ke hutan maupun ke laut. Hal ini membuat bangga kedua orang tuanya. Namun, ada hal yang membuat mereka risau. Dalam sekali makan, Indra dapat menghabiskan setengah bakul nasi dengan lauk beberapa piring.

Suatu ketika, musim paceklik datang. Keluarga Pak Buyung pun harus berhemat. Jika tidak ada nasi, mereka makan ubi atau yang lain. Kesulitan mendapatkan makanan membuat mereka hampir berputus asa.

“Ayah, aku sangat lapar,” keluh Indra.

“Kalau lapar, carilah makanan ke hutan atau ke laut!” seru sang Ayah. “Kamu memang masih anak-anak, tapi makanmu banyak.”

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Sang Ibu pun membujuk Indra agar berangkat ke Bukit Junjung Sirih untuk mencari hasil hutan di Bukit. Indra menurut. Sebelum berangkat, ia memberi makan ayam piaraannya yang bernama Taduang. Taduang adalah seekor ayam yang pandai. Setiap Indra pulang, Taduang selalu berkokok menyambut kedatangan tuannya.

Menjelang siang, Indra pulang tanpa membawa hasil. Setelah beristirahat, ia pergi ke laut untuk mencari ikan. Tak lama setelah itu, sang Ibu juga berangkat ke sebuah Tanjung, agak jauh dari tempat India mencari ikan.

Sore hari, sang Ibu pulang membawa banyak kerang. Kemudian, kerang itu diolah menjadi makanan.

“Wah, harum sekali aromanya,” puji sang Ayah. “Bu, apakah kerang ini cukup untuk kita makan bertiga? Indra kan makannya banyak.”

“Apa yang harus kita lakukan, Pak?” tanya sang Ibu.

“Bagaimana kalau kita makan diam-diam?” saran sang Ayah. Sang Ibu pun mengangguk. Lalu, keduanya menyantap kerang itu dengan lahapnya.

Menjelang malam, Indra pulang. Indra sangat kelaparan. Begitu masuk, ia menuju dapur. Betapa terkejutnya ia ketika melihat kedua orang tuanya tertidur pulas di ruang dapur. Di sekeliling mereka berserakan piring makan, bakul nasi, dan kulit kerang.

Alangkah sedihnya hati Indra menyaksikan semua itu. Ia pun berjalan keluar dari gubuknya sambil menangis. Melihat kesedihan Indra, Taduang pun berkokok berkali-kali, lalu mengepak-ngepakkan sayapnya. Beberapa saat kemudian, Taduang terbang ke udara. Indra segera berpegangan pada kaki Taduang. Saat tubuh India terangkat, batu ternpat Indra duduk ikut terangkat dan membesar. Kemudian, batu itu melesat dan menghantam salah satu bukit di sekitar laut. Hantaman itu membentuk lubang memanjang. Dengan cepat, air laut mengisi lubang itu sehingga membentuk aliran sungai.

Konon, itulah yang menjadi asal mula Sungai Batang Ombilin. Semakin lama, air laut semakin menyusut dan berubah menjadi Danau Singkarak.

Selamat datang di Masterceme
Hanya 1 user id bisa memainkan 7 jenis permainan.
Minimal Deposit & Withdraw hanya 25.000/50.000
Bonus New Member 20%
Bonus Deposit Harian
Bonus Referal Sebesar 20%
Link : Masterceme{dot}com
WA : +85578968600

 Daftar Sekarang

Friday 27 March 2020

Cerita Dongeng Putra Mahkota Amat Mude

01:42 0 Comments
Masterceme, Cerita - di Negeri Alas, Nanggroe Aceh Darussalam, ada sebuah kerajaan yang diperintah oleh seorang raja yang arif dan bijaksana. Seluruh rakyatnya selalu patuh dan setia kepadanya. Negeri Alas pun senantiasa aman dan damai. Namun satu hal yang membuat sang Raja selalu bersedih, karena belum dikaruniai seorang anak. Sang Raja ingin sekali seperti adiknya yang sudah memiliki seorang anak.

Cerita Dongeng Putra Mahkota Amat Mude

Pada suatu hari, sang Raja duduk termenung seorang diri di serambi istana. Tanpa disadarinya, tiba-tiba permaisurinya telah duduk di sampingnya.

“Apa yang sedang Kanda pikirkan?” tanya permaisuri pelan.

“Dindaku tercinta! Kita sudah tua, tapi sampai saat ini kita belum mempunyai seorang putra yang kelak akan mewarisi tahta kerajaan ini,” ungkap sang Raja.

“Dinda mengerti perasaan Kanda. Dinda juga sangat merindukan seorang buah hati belaian jiwa. Kita telah mendatangkan tabib dari berbagai negeri dan mencoba segala macam obat, namun belum juga membuahkan hasil. Kita harus bersabar dan banyak berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa,” kata permaisuri menenangkan hati suaminya.

Alangkah sejuknya hati sang Raja mendengar kata-kata permaisurinya. Ia sangat beruntung mempunyai seorang permaisuri yang penuh pengertian dan perhatian kepadanya.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

“Terima kasih, Dinda! Kanda sangat bahagia mempunyai permaisuri seperti Dinda yang pandai menenangkan hati Kanda,” ucap sang Raja memuji permaisurinya.

Sejak itu, sang Raja dan permaisuri semakin giat berdoa dengan harapan keinginan mereka dapat terkabulkan. Pada suatu malam, sang Raja yang didampingi permaisurinya berdoa dengan penuh khusyuk.

“Ya Tuhan! Karuniakanlah kepada kami seorang putra yang kelak akan meneruskan tahta kerajaan ini. Hamba rela tidak merasakan sebagai seorang ayah, asalkan kami dikaruniai seorang putra,” pinta sang Raja.

Sebulan kemudian, permaisuri pun mengandung. Alangkah senang hati sang Raja mengetahui hal itu. Kabar tentang kehamilan permaisuri pun tersebar ke seluruh penjuru negeri. Rakyat negeri itu sangat gembira, karena raja mereka tidak lama lagi akan memiliki keturunan yang kelak akan mewarisi tahtanya.

Waktu terus berjalan. Usia kandungan permaisuri sudah genap sembilan bulan. Pada suatu sore, permaisuri pun melahirkan seorang anak laki-laki yang sehat dan tampan. Permaisuri tampak tersenyum bahagia sambil menimang-nimang putranya. Begitupula sang Raja senantiasa bersyukur telah memperoleh keturunan anak laki-laki yang selama ini ia idam-idamkan.

“Terima kasih Tuhan! Engkau telah mengabulkan doa kami,” sang Raja berucap syukur.

Seminggu kemudian, sang Raja pun mengadakan pesta dan upacara turun mani, yakni upacara pemberian nama. Pesta dan upacara tersebut diadakan selama tujuh hari tujuh malam. Tamu yang diundang bukan hanya rakyat negeri Alas, melainkan juga seluruh binatang dan makhluk halus yang ada di laut maupun di darat. Seluruh tamu undangan tampak gembira dan bersuka ria. Dalam upacara turun mani tersebut ditetapkan nama putra Raja, yakni Amat Mude.

Beberapa bulan setelah upacara dilaksanakan, sang Raja pun mulai sakit-sakitan. Seluruh badannya terasa lemah dan letih.

“Dinda! Mungkin ini pertanda waktuku sudah dekat. Dinda tentu masih ingat doa Kanda dulu sebelum kita mempunyai anak,” ungkap sang Raja.

Mendengar ungkapan sang Raja, hati permaisuri menjadi sedih. Meskipun menyadari hal itu, permaisuri tetap berharap agar sang Raja dapat sembuh dan dipanjangkan umurnya. Semua tabib diundang ke istana untuk mengobati penyakit sang Raja. Namun, tak seorang pun yang berhasil menyembuhkannya. Bahkan penyakit sang Raja semakin hari bertambah parah. Akhirnya, raja yang arif dan bijaksana itu pun wafat. Seluruh keluarga istana dan rakyat Negeri Alas berkabung.

Oleh karena Amat Mude sebagai pewaris tunggal Kerajaan Negeri Alas masih kecil dan belum sanggup melakukan tugas-tugas kerajaan, maka diangkatlah Pakcik Amat Mude yang bernama Raja Muda menjadi raja sementara Negeri Alas. Sebagai seorang raja, apapun perintahnya pasti dipatuhi. Hal itulah yang membuatnya enggan digantikan kedudukannya sebagai raja oleh Amat Mude. Berbagai tipu muslihat pun ia lakukan. Mulanya, sang Raja memindahkan Amat Mude dan ibunya ke ruang belakang yang semula tinggal di ruang tengah. Alasannya, Amat Mude yang masih kecil sering menangis, sehingga mengganggu setiap acara penting di istana.

Tipu muslihat Raja Muda semakin hari semakin menjadi-jadi. Pada suatu hari, ia mengumpulkan beberapa orang pengawalnya di ruang sidang istana.

“Wahai, Pengawal! Besok pagi-pagi sekali,  buang permaisuri dan anak ingusan itu ke tengah hutan!” titah Raja Muda.

“Apa maksud Baginda?” tanya seorang pengawal heran.

“Sudahlah! Tidak usah banyak tanya. Aku kira kalian sudah tahu semua maksudku,” jawab Raja Muda.

“Ampun, Baginda! Hamba benar-benar tidak tahu maksud Baginda hendak membuang permaisuri dan putra mahkota ke tengah hutan,” kata seorang pengawal yang lain.

Ketahuilah! Aku tidak ingin suatu hari kelak Amat Mude akan merebut kekuasaan ini dari tanganku,” ungkap Raja Muda.

“Tapi, Baginda. Bukankah Putra Mahkota Amat Mude pewaris tahta kerajaan ini,” ungkap pengawal yang lain.

“Hei, kalian tidak usah banyak bicara. Laksanakan saja perintahku! Jika tidak, kalian akan menanggung akibatnya!” bentak Raja Muda.

Mendengar ancaman itu, tak seorang pun pengawal yang berani lagi angkat bicara, karena jika berani membantah dan menolak perintah tersebut, mereka akan mendapat hukuman berat.

Keesokan harinya, berangkatlah para pengawal tersebut mengantar permaisuri dan Amat Mude ke tengah hutan. Keduanya pun ditinggalkan di tengah hutan dengan bekal seadanya. Untuk melindungi diri dari panasnya matahari dan dinginnya udara malam, ibu dan anak itu pun membuat sebuah gubuk kecil di bawah sebuah pohon rindang. Untuk bertahan hidup, mereka memanfaatkan hasil-hasil hutan yang banyak tersedia di sekitar mereka.

Waktu terus berjalan. Tak terasa Amat Mude telah berumur 8 tahun. Ia tumbuh menjadi anak yang cerdas dan tampan.  Pada suatu hari, ketika sedang bermain-main, Amat  Mude menemukan cucuk sanggul ibunya. Diambilnya cucuk sanggul itu dan dibuatnya mata pancing.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Keesokan harinya, Amat Mude pergi memancing di sebuah sungai yang di dalamnya terdapat banyak ikan. Dalam waktu sekejap, ia telah memperoleh lima ekor ikan yang hampir sama besarnya dan segera membawanya pulang. Alangkah gembiranya hati ibunya.

“Waaah, kamu pandai sekali memancing, Putraku!” ucap ibunya memuji.

“Iya, Ibu! Sungai itu banyak sekali ikannya,” kata Amat Mude.

Lima ekor ikan besar tersebut tentu tidak bisa mereka habiskan. Maka timbul pikiran permaisuri untuk menjualnya sebagian ke sebuah desa yang terletak tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Dengan mengajak Amat Mude, permaisuri pun pergi ke desa itu. Ketika akan menawarkan ikan itu kepada penduduk, tiba-tiba ia bertemu dengan saudagar kaya dan pemurah. Ia adalah bekas sahabat suaminya dulu.

“Ampun, Tuan Putri! Kenapa Tuan Putri dan Putra Mahkota berada di tempat ini?” tanya saudagar itu heran.

Permaisuri pun menceritakan semua kejadian yang telah menimpanya sampai ia dan putranya berada di desa itu. Mengetahui keadaan permaisuri dan putranya yang sangat memprihatinkan tersebut, saudagar itu pun mengajak mereka mampir ke rumahnya dan membeli semua ikan jualan mereka.

Sesampainya di rumah, saudagar itu menyuruh istrinya agar segera memasak ikan tersebut untuk menjamu permaisuri dan Amat Mude. Ketika sedang memotong ikan tersebut, sang Istri menemukan suatu keanehan. Ia kesulitan memotong perut ikan tersebut dengan pisaunya.

“Hei, benda apa di dalam perut ikan ini? Kenapa keras sekali?” tanya istri saudagar itu dalam hati dengan penuh keheranan.

Setelah berkali-kali istri saudagar itu menggesek-gesekkan pisaunya, akhirnya perut ikan itu pun terbelah. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat telur ikan berwarna kuning emas, tapi keras. Ia pun segera memanggil suaminya untuk memeriksa benda tersebut. Setelah diamati dengan seksama, ternyata butiran-butiran yang berwarna kuning tersebut adalah emas murni.

“Dik! Usai memasak dan menjamu tamu kehormatan kita, segeralah kamu jual emas itu!” pinta saudagar itu kepada istrinya.

“Untuk apa Bang?” tanya sang Istri heran.

“Uang hasil penjualan emas itu akan digunakan untuk membangun rumah yang bagus sebagai tempat kediaman permaisuri dan putranya. Abang ingin membalas budi baik sang Raja yang dulu semasa hidupnya telah banyak membantu kita,” ujar saudagar itu kepada istrinya.

“Baik, Bang!” jawab sang Istri.

Kemudian saudagar itu menyampaikan berita gembira tersebut kepada permaisuri dan putranya bahwa mereka akan dibuatkan sebuah rumah yang bagus. Mendengar kabar itu, permaisuri sangat terharu. Ia benar-benar tidak menyangka jika mantan sahabat suaminya itu sangat baik kepada mereka.

“Terima kasih atas semua perhatiannya kepada kami,” ucap permaisuri.

“Ampun, Tuan Putri! Bantuan kami ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan bantuan Baginda Raja semasa hidupnya kepada kami,” kata saudagar itu sambil memberi hormat kepada permaisuri dan  Amat Mude.

Menjelang sore hari, permaisuri dan Amat Mude pun mohon diri untuk kembali ke gubuknya. Saudagar itu pun memberikan pakaian yang bagus-bagus dan membekali mereka makanan yang lezat-lezat.

Beberapa lama kemudian, rumah permaisuri pun selesai dibangun. Kini permaisuri dan Amat Mude menempati rumah bagus dan bersih. Untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari mereka, Amat Mude pergi ke sungai setiap hari untuk memancing. Ikan-ikan yang diperolehnya untuk dimakan sehari-hari dan selebihnya dijual ke penduduk sekitar. Di antara ikan-ikan yang diperolehnya ada yang bertelur emas. Telur emas tersebut sedikit demi sedikit mereka simpan, sehingga lama-kelamaan mereka pun menjadi kaya raya dan terkenal sampai ke seluruh penjuru negeri.

Berita tentang kekayaan permaisuri dan putranya itu pun sampai ke telinga Pakcik Amat Mude. Mendengar kabar itu, ia pun berniat untuk mencelakakan Amat Mude, karena tidak ingin melepaskan kekuasaannya.

Pada suatu hari, Raja Muda yang serakah itu memanggil Amat Mude untuk menghadap ke istana. Ketika Amat Mude sampai di istana, alangkah terkejutnya Raja Muda saat melihat seorang pemuda gagah dan tampan memberi hormat di hadapannya. Dalam hatinya berkata, “pemuda ini benar-benar menjadi ancaman bagi kedudukanku sebagai raja”. Maka ia pun memerintahkan Amat Mude untuk pergi memetik buah kelapa gading di sebuah pulau yang terletak di tengah laut. Buah kelapa gading itu diperlukan untuk mengobati penyakit istri Raja Muda. Konon, lautan yang dilalui menuju ke pulau itu dihuni oleh binatang-binatang buas. Siapa pun yang melewati lautan itu, maka akan celaka.

“Hei, Amat Mude! Jika kamu tidak berhasil mendapatkan buah kelapa gading itu, maka kamu akan dihukum mati,” ancam Raja Muda.

Oleh karena berniat ingin menolong istri Raja Muda, Amat Mude pun segera melaksanakan perintah itu. Setelah berhari-hari berjalan, sampailah Amat Mude di sebuah pantai. Ia pun mulai kebingungan mencari cara untuk mencapai pulau itu. Pada saat ia sedang duduk termenung berpikir, tiba-tiba muncul di hadapannya seekor ikan besar bernama Silenggang Raye yang didampingi oleh Raja Buaya dan seekor Naga Besar. Amat Mude pun menjadi ketakutan.

“Hei, Anak Muda! Kamu siapa dan hendak ke mana?” tanya Ikan Silenggang Raye.

“Sa… saya Amat Mude,” jawab Amat Mude dengan gugup, lalu menceritakan asal-asul dan maksud perjalanannya.

Mendengar cerita Amat Mude tersebut, Ikan Silenggang Raye, Raja Buaya dan Naga itu langsung memberi hormat kepadanya. Amat Mude pun terheran-heran melihat sikap ketiga binatang raksasa itu.

“Kenapa kalian hormat kepadaku?” tanya Amat Mude heran.

“Ampun, Tuan! Almarhum Ayahandamu adalah raja yang baik. Dulu, kami semua diundang pada pesta pemberian nama Tuan!” jawab Raja Buaya.

“Benar, Tuan! Tuan tidak perlu takut. Kami akan mengantar Tuan ke pulau itu,” sambung Naga besar itu.

“Terima kasih, Sobat!” ucap Amat Mude.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Akhirnya, Amat Mude pun diantar oleh ketiga binatang raksasa tersebut menuju ke pulau yang dimaksud. Tidak berapa lama, sampailah mereka di pulau itu. Sebelum Amat Mude naik ke darat, si Naga besar memberikan sebuah cincin ajaib kepada Amat Mude. Dengan memakai cincin ajaib itu, maka semua permintaan akan dikabulkan.

Setelah itu, Amat Mude pun segera mencari pohon kelapa gading. Tidak berapa lama mencari, ia pun menemukannya. Rupanya, pohon kelapa gading itu sangat tinggi dan hanya memiliki sebutir buah kelapa. Setelah menyampaikan niatnya kepada cincin ajaib yang melingkar di jari tangannya, Amat Mude pun dapat memanjat dengan mudah dan cepat sampai ke atas pohon. Ketika ia sedang memetik buah kelapa gading itu, tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan yang sangat lembut menegurnya, “Siapapun yang berhasil memetik buah kelapa gading itu, maka dia akan menjadi suamiku.”

“Siapakah Engkau ini?” tanya Amat Mude.

“Aku adalah Putri Niwer Gading,” jawabnya.

Ketika Amat Mude baru saja turun dari atas pohon sambil menenteng sebutir kelapa gading, tiba-tiba seorang putri cantik jelita berdiri di belakangnya. Alangkah takjubnya ketika ia melihat kecantikan Putri Niwer Gading. Akhirnya, Amat Mude pun mengajak sang Putri pulang ke rumah untuk menikah. Pesta perkawinan mereka pun dirayakan dengan ramai di kediaman Amat Mude.

Usai pesta, Amat Mude ditemani istri dan ibunya segera menyerahkan buah kelapa gading yang diperolehnya kepada Pakciknya. Maka selamatlah ia dari ancaman hukuman mati. Bahkan, berkat ketabahan dan kebaikan hatinya, Raja Muda tiba-tiba menjadi sadar akan kecurangan dan perbuatan jahatnya. Ia juga menyadari bahwa Amat Mude-lah yang berhak menduduki tahta kerajaan Negeri Alas. Akhirnya, atas permintaan Raja Muda, Amat Mude pun dinobatkan menjadi Raja Negeri Alas.

Selamat datang di Masterceme
Hanya 1 user id bisa memainkan 7 jenis permainan.
Minimal Deposit & Withdraw hanya 25.000/50.000
Bonus New Member 20%
Bonus Deposit Harian
Bonus Referal Sebesar 20%
Link : Masterceme{dot}com
WA : +85578968600

 Daftar Sekarang

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pelajaran lain yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah bahwa jika perbuatan jahat seseorang dibalas dengan kebaikan, maka suatu saat orang yang berbuat jahat tersebut akan menyadari perbuatan jahatnya dan akan berbuat baik. Hal ini tergambar pada sikap dan perilaku Raja Muda yang selalu berniat jahat kepada Amat Mude, namun Amat Mude senantiasa membalas niat jahatnya tersebut dengan kebaikan. Akhirnya, Raja Muda pun menyadari perbuatannya dan menobatkan Amat Mude menjadi Raja Negeri Alas.

Wednesday 25 March 2020

Cerita Rakyat NTT Bete Dou No Mane Loro

00:38 0 Comments
Jpoker99, Cerita - provinsi NTT mempunyai cerita Rakyat yang diceritakan turun temurun berjudul Kisah Bete Dou No Mane Loro Dari penduduk lokal Tersebut, berikut cerita nya:


di daerah Nusa Tenggara Timur, hiduplah seorang raja yang bertahta di Kerajaan Wefulan. Sang Raja mempunyai seorang putri yang cantik jelita bernama Bete Dou. Sejak dalam kandungan hingga dewasa, ia sangat disayangi oleh kedua orangtua dan kakak laki-lakinya yang bernama Manek Bot. Sang Raja dan permaisuri berharap sang Putri akan membawa berkah untuk kesejahteraan kerajaan dan seluruh rakyatnya. Untuk itu, mereka berniat untuk memingit sang Putri agar kesuciannya tetap terjaga.

Suatu hari, sang Raja memanggil putranya, Manek Bot, untuk menghadap kepadanya.

“Ada apa gerangan Ayahanda memanggil Nanda?” tanya Manek Bot.

“Begini, Putraku! Ayah ingin adikmu Tinggal, Di belakang istana ini, ada sebuah pohon beringin yang besar dan rimbun. Buatkanlah dia sebuah rumah kecil di atas pohon itu! Setelah itu, Ayah mengamanatkan kepadamu untuk mengawasinya!” perintah sang Raja.

Manek Bot pun segera melaksanakan perintah ayahandanya. Dengan dibantu oleh beberapa pengawal istana, ia pun berhasil membangun sebuah rumah kecil di atas pohon beringin itu dalam waktu sehari. Untuk sampai ke rumah itu, Manek Bot membuat sebuah tangga yang terdiri dari tujuh buah anak tangga besar, tujuh buah anak tangga sedang, dan tujuh buah anak tangga kecil. Rumah dan tangga tersebut kesemuanya terbuat dari kayu cendana yang harum semerbak.

Setelah pembangunan rumah itu selesai, sang Raja pun menyuruh putrinya untuk tinggal di atas pohon itu. Mulanya, sang Putri menolaknya, karena ia tidak ingin hidup kesepian. Namun, setelah dibujuk oleh ibundanya, akhirnya ia pun bersedia pindah ke tempat tinggal barunya itu.

Sejak itu, Putri Bete Dou menjalani hidupnya seorang diri di rumah kecil itu. Untuk mengisi kesepiannya, setiap hari ia menyibukkan diri dengan menyulam dan mengayam tikar. Pada malam harinya, ia selalu melantunkan lagu-lagu sedih, seakan melukiskan kesepiannya hidup sendirian. Senandungnya yang terbawa angin malam menggetarkan telinga orang yang mendengarnya.


Pada suatu malam purnama, seorang putra mahkota dari Kerajaan Loro yang bernama Mane Loro mendengar alunan suara merdu sang Putri. Suara merdu yang terdengar sayup-sayup dari kejauhan itu membuat hati sang Pangeran bergetar dan penasaran ingin mengetahui suara siapakah itu. Dengan kesaktiannya, ia segera terbang mencari sumber suara itu. Tak berapa lama, ia pun tiba dan menjejakkan kakinya di atas pohon beringin. Ia terkejut melihat sebuah rumah kecil yang indah berada di atas pohon. Keterkejutannya pun semakin menjadi setelah mengetahui bahwa sumber suara itu berasal dari dalam rumah itu.

“Aneh! Kenapa ada rumah di atas pohon ini?” tanyanya dalam hati dengan heran.

Perlahan-lahan, Mane Loro pun berjalan mendekati pintu rumah itu dan mencoba melihat ke dalam melalui sebuah lubang kecil. Ia pun tersentak kaget ketika melihat ada seorang putri cantik jelita sedang menganyam tikar sambil bernyanyi.

“Aduhai… bukan hanya suaranya yang merdu, tapi wajah gadis ini pun cantik nan rupawan,” ucap Mane Loro dengan kagum.

Saat itu pula, Mane Loro langsung jatuh hati melihat kecantikan gadis itu dan tidak sabar lagi ingin menemuinya. Ia pun mengetuk pintu dengan perlahan-lahan seraya memanggil gadis yang berada di dalam rumah itu.

“Selamat malam, Gadis cantik! Bolehkan saya meminta bantuan?”

Mendengar ada suara orang meminta bantuan, sang Putri pun menghentikan senandungnya dan segera beranjak menuju pintu. Dari balik pintu rumahnya, ia mencoba melihat ke luar melalui sebuah lubang kecil. Namun karena cahaya remang-remang, ia tidak bisa mengenali wajah laki-laki yang sedang berdiri di depan pintunya.

“Maaf, Tuan! Anda siapa dan berasal dari mana?” tanya sang Putri dari balik pintu.

“Nama saya Mane Loro dari Kerajaan Loro,” jawab Mane Loro.

“Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” tanya sang Putri.

“Saya sangat kagum pada suara merdumu. Bolehkah saya masuk?” pinta Mane Loro.

Putri Bete Dou merasa terpuji dengan ucapan Mane Loro. Tanpa disadarinya, ia pun membuka pintu rumahnya lebar-lebar. Saat melihat ketampanan dan kegagahan laki-laki itu, sang Putri pun langsung terperangah. Matanya menatap wajah laki-laki itu tanpa berkedip sedikit pun. Mane Loro pun membalasnya dengan tatapan yang tajam dan penuh arti.

Sesaat kemudian, sang Putri mempersilahkan pemuda itu masuk ke dalam rumah dan segera menutup pintunya kembali. Ia takut ada orang yang mengetahui keberadaan laki-laki itu di rumahnya dan melaporkan kepada ayahandanya. Setelah itu, mereka saling berkenalan lebih jauh. Dalam waktu singkat, keduanya sudah tampak akrab dan saling bersendau gurau. Beberapa hari kemudian, mereka pun menjalin hubungan kasih dan siap untuk melanjutkan hubungan mereka sampai ke jenjang pernikahan.

Pada bulan purnama berikutnya, Mane Loro melamar Bete Dou, dan Bete Dou pun siap untuk sehidup semati bersama Mane Loro. Akhirnya, keduanya pun menikah tanpa sepengetahuan orang tua mereka masing-masing. Sejak itu, setiap malam Mane Loro tidur bersama Bete Dou di rumah itu. Saat subuh menjelang, Mane Loro sudah harus kembali ke istananya agar tidak ketahuan oleh keluarga Bete Dou.

Sebulan kemudian, ayah Mane Loro jatuh sakit. Oleh karena itu, malam-malam selanjutnya Mane Loro tidak bisa mengunjungi istrinya, karena harus menunggu ayahnya. Hal itu membuat hati Bete Dou menjadi sedih.

Pada suatu malam, Manek Bot datang mengunjungi adiknya untuk melihat keadaannya. Ternyata, kedatangannya yang secara tiba-tiba tersebut membuat sang Putri menjadi panik, karena belum sempat menyembunyikan sepasang pakaian Mane Loro yang masih tergantung di dinding rumahnya. Manek Bot pun tersentak kaget saat melihat ada pakaian laki-laki di rumah adiknya.

“Hai, kenapa ada pakaian laki-laki di rumahmu? Pakaian siapakah itu?” tanya Manek Bot.

Mendengar pertanyaan itu, Putri Bete Dou hanya diam dan menunduk. Tubuhnya pun gemetar karena ketakutan.

 Daftar Sekarang

“Hai, Bete Dou! Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaanku?” bentak Manek Bot.

“Ma… ma… maafkan Adik, Kak! Pakaian itu milik suami Adik,” jawab Bete Dou dengan gugup.

Mendengar jawaban adiknya itu, telinga Manek Bot bagai disambar petir. Wajahnya tiba-tiba memerah bagai terbakar api.

“Apa katamu? Pakaian suamimu? Sejak kapan kamu menikah? Lalu, siapa suamimu itu?” tanya Manek Bot dengan penuh amarah.

“Sebulan yang lalu, Adik menikah secara diam-diam dengan Mane Loro, putra mahkota Kerajaan Loro,” jawab Bete Dou.

“Dasar anak gadis tidak tahu malu!” bentak Manek Bot.

Amarah Manek Bot pun semakin memuncak. Ia benar-benar merasa malu karena perbuatan adik satu-satunya itu. Ia merasa sia-sia membuat rumah cendana di atas pohon beringin itu. Ia tidak mau melihat adiknya lagi. Ia pun segera turun dari rumah meniti anak tangga satu per satu dengan tangan terkepal. Saat kakinya berpijak di tanah, Manek Bot berhenti dan berteriak memanggil adiknya.

“Hai, Bete Dou! Turunlah ke bumi! Engkau telah membuat malu keluarga dan kerajaan!” seru Manek Bot.

Sang Putri pun semakin gemetar ketakutan, karena ia merasa bersalah dan wajar jika kakaknya sangat marah kepadanya. Ia pun sangat menyesal telah menikah dengan Loro Manek tanpa sepengetahuan ayahanda, ibunda, dan kakaknya. Namun, apa hendak dikata, rahasianya terbongkar. Ia hanya bisa pasrah untuk menerima hukuman dari kakaknya.

Dengan langkah perlahan-lahan, Bete Dou turun dari rumahnya dengan meniti anak tangga satu per satu sambil mendendangkan lagu derita. Ketika tiba di anak tangga pertama, ia pun langsung mendapat hukuman dari kakaknya. Tak ayal lagi, tubuhnya tersungkur ke tanah dan meninggal seketika.

Bersamaan dengan itu, seluruh alam semesta berduka cita. Suasana tiba-tiba menjadi hening dan sepi. Binatang malam serentak berhenti berbunyi. Hembusan angin sepoi-sepoi tiba-tiba berhenti, sehingga dedaunan pun ikut berhenti bergoyang. Sementara itu di Kerajaan Loro, Mane Loro yang sedang tertidur di samping ayahnya, tiba-tiba tersentak dari tidurnya. Firasatnya langsung tertuju kepada istrinya.

“Sepertinya aku mempunyai firasat buruk tentang istriku. Jangan-jangan terjadi sesuatu dengannya,” pikirnya.

Tanpa berpikir panjang, Mane Loro segera terbang meleset menuju ke rumah istrinya. Dalam waktu sekejap, ia pun tiba di rumah istrinya. Namun, kedatangannya sudah terlambat. Ia mendapati istrinya sudah tidak bernyawa lagi. Dengan kesaktiannya, ia melesat bagai burung Rajawali, lalu menyambar tubuh istrinya yang tergelatak di tanah, kemudian menerbangkannya menuju ke istananya. Manek Bot hanya terperangah menyaksikan peristiwa tersebut.

Sesampainya di istana, Mane Loro segera mengobati istrinya. Dengan kesaktiannya dan atas kehendak Tuhan yang Mahakuasa, Putri Bete Dou pun hidup kembali. Sang Putri sangat heran saat melihat suaminya berada di sampingnya dan dikelilingi oleh dayang-dayang yang tidak dikenalnya.

“Kanda! Dinda ada di mana dan mereka siapa?” tanya sang Putri sambil menunjuk ke arah dayang-dayang tersebut.


“Tenanglah, Dinda! Saat ini Dinda sedang berada di istana Kanda. Mereka itu adalah dayang-dayang istana ini,” jawab Mane Loro seraya menceritakan semua peristiwa yang telah dialami istrinya hingga bisa berada di istana itu.

“Kini Kanda menyadari bahwa tindakan kita selama ini memang keliru, karena menikah secara diam-diam tanpa meminta restu dari orang tua kita masing-masing. Inilah saatnya kita meminta restu kepada orang tua Kanda,” bujuk Mane Loro.

“Baiklah, Kanda! Dinda juga merasa sangat bersalah kepada keluarga Dinda. Dinda sangat menyesal, karena tidak menghiraukan nasehat mereka,” kata Bete Dou.

Akhirnya, Mane Loro dan Putri Bete Dou meminta restu kepada orang tua Mane Loro. Bete Dou pun terima dengan baik sebagai menantu Raja Loro. Setelah beberapa lama tinggal di istana Kerajaan Loro, Putri Bete Dou mengajak suaminya untuk menghadap orang tuanya yang berada di Kerajaan Wefulan.

“Kanda! Kini saatnya kita meminta restu kepada orang tua Dinda. Kapan kita akan menemui mereka?” tanya Putri Bete Dou.

“Kanda kira, lebih cepat lebih baik, Dinda!” jawab Mane Loro.

Keesokan harinya, Mare Loro dan istrinya berangkat ke istana Wefulan untuk menemui orang tua Bete Dou. Mereka berangkat dengan arak-arakan pengawal istana yang membawa barang-barang bawaan untuk diserahkan kepada orang tua Bete Dou.

Setibanya di istana Wefulan, mereka disambut oleh raja dan permaisuri Kerajaan Wefulan. Saat berada di hadapan Raja Wefulan, Putri Bete Dou bersama Mare Loro segera bersujud memohon ampun atas kesalahan yang telah mereka perbuat selama ini. Setelah itu, mereka memohon agar sang Raja dan permaisuri merestui pernikahan mereka. Melihat kesungguhan dan ketulusan cinta Bete Dou dan Mane Loro, akhirnya sang Raja, permaisuri, dan Mane Bot memaafkan dan merestui pernikahan mereka. Sejak itu, Mane Loro dan Bete Dou hidup berbahagia bersama keluarga istana Kerajaan Wefulan.


Yuk Segera Bergabung Bersama Kami Di Jpoker99 kami menyediakan 8 Jenis Permainan Dalam 1 ID bosku. Tidak perlu " 

Download Apk " karena Dijamin Poker Kami Bisa bermain Langsung Lewat HP Atau Pun Lewat Komputer bosku.
~ 8 Jenis Permainan ( Sakong, BANDAR POKER, Poker Texas Holdém, Domino99, BandarQ, AduQ, Capsa Susun, Bandar66 )
~ Deposit Pulsa Rate Tertinggi Buat Anda Bosku ( Telkomsel & XL )
~ Minimal Deposit 10 ribu
~ Minimal Withdraw 20 ribu
~ Tersedia 7 Bank Lokal Juga
~ Bank Online 24jam Kecuali Gangguan
~ Bebas Melakukan Transaksi DP / WD Dalam Satu Hari.
~ Bonus CashBack 0,3% 2x Seminggu / Bonus Referral 20% 
~ WA : +85578811422

 Daftar Sekarang

Monday 23 March 2020

Legenda Terbentuk Nya Selat Bali

03:23 0 Comments
Jpoker99, Legenda - Selat Bali adalah sebuah selat yang memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Bali. Menurut cerita, kedua pulau tersebut dulunya merupakan kesatuan daratan, yang kemudian terpisah karena sebuah peristiwa ajaib yang pernah terjadi di daerah itu. Peristiwa apakah yang menyebabkan terjadinya Selat Bali? Ikuti kisahnya dalam cerita Legenda Asal Mula Selat Bali berikut ini!

di Kerajaan Daha, Kediri, Jawa Timur, hiduplah seorang brahamana (pendeta) yang bernama Empu Sidi Mantra. Ia seorang pendeta yang kaya raya dan terkenal sakti mandraguna. Selain itu, ia juga memiliki seorang istri yang cantik jelita dan seorang putra yang gagah dan tanpan bernama Manik Angkeran

Legenda Terbentuk Nya Selat Bali

Meski demikian, pendeta itu tidak bisa hidup tenang dan bahagia, karena anak semata wayangnya, Manik Angkeran, memiliki sifat tidak terpuji, yaitu gemar berjudi. Ia selalu mempertaruhkan harta kekayaan orang tuanya dan berhutang kepada orang lain ketika kalah berjudi. Hal inilah yang membuat Empu Sidi Mantra dan istrinya merasa resah, karena hampir setiap hari orang-orang mendatangi rumahnya untuk menagih hutang putranya. Keadaan tersebut berlangsung hingga bertahun-tahun, sehingga lambat-laun harta kekayaan sang Empu terkuras habis.

Pada suatu sore, Manik Angkeran pulang ke rumahnya dengan nafas tersengal-sengal.

“Bapa, Ibu! Tolong aku!” seru Manik Angkeran.

“Ada apa, Putraku? Apa yang terjadi denganmu?” tanya ibunya dengan perasaan cemas.

“A…a… aku dikejar-kejar orang, Bu!” jawab Manik Angkeran dengan nafas yang masih terengah-engah.

“Hmm… kamu pasti kalah berjudi lagi ya!” timpa bapanya.

“Iya, Bapa! Aku kalah berjudi dan tidak sanggup membayar taruhan. Tolong aku, Bapa! Mereka ingin membunuhku,” Manik Angkeran mengiba kepada bapanya.

Tak berapa lama kemudian, datanglah beberapa orang pemuda membawa golok. Mereka berteriak-teriak di depan rumah menyuruh Manik Angkeran keluar.

“Hai, Manik Angkeran! Keluar dan bayarlah hutangmu!” teriak salah seorang pemuda sambil mengacung-acungkan goloknya.

Manik Angkeran pun semakin ketakutan. Ia segera masuk ke kamarnya untuk bersembunyi. Sementara itu, dengan tenangnya, Empu Sidi Mantra segera menemui para pemuda yang berdiri di depan rumahnya.


“Tenang, wahai Anak Muda! Percayalah, saya akan membayar semua hutang putraku. Tapi, berilah saya waktu tiga hari untuk mencari uang dulu,” pinta Empu Sidi Mantra.

“Baiklah, Empu! Kami menerima permintaan Empu. Tiga hari lagi, kami akan kembali kemari untuk menagih janji Empu,” kata salah seorang pemuda, lalu membubarkan diri bersama teman-temannya.

Pada malam harinya, Empu Sidi Mantra berdoa untuk memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Saat tengah malam, tiba-tiba ia mendengar suara bisikan yang sangat jelas di telinganya.

“Hai, Sidi Mantra! Pergilah ke kawah Gunung Agung! Di sana ada harta karun yang dijaga oleh seekor naga bernama Naga Besukih,” demikian suara bisikan itu.

Keesokan harinya, berangkatlah Empu Sidi Mantra itu ke kawah Gunung Agung. Setelah berjalan cukup jauh dengan berbagai rintangan, sampailah ia di tempat tersebut. Ia pun duduk bersila sambil membunyikan genta (lonceng) saktinya seraya mulutnya komat-kamit menyebut nama Naga Besukih. Tak berapa lama kemudian, naga itu pun keluar dari tempat persembunyiannya.

“Hai, kisanak! Kamu siapa dan ada apa kamu memanggilku?” tanya Naga Besukih itu.

“Saya Empu Sidi Mantra dari Tanah Jambudwiba.  Maksud kedatangan saya kemari untuk meminta bantuanmu,” kata Empu Sidi Mantra.

“Apa yang bisa kubantu, hai Mpu? Katakanlah!” seru Naga Besukih.

Empu Sidi Mantra pun mengutarakan maksud kedatangannya. Karena merasa iba, Naga Besukih segera menggeliatkan tubuhnya. Seketika itu pula, emas dan berlian pun berhamburan keluar dari balik sisiknya.

“Bawalah emas dan intan ini Mpu! Semoga cukup untuk membayar hutang-hutang putramu. Tapi, ingat! Jangan lupa untuk menasehati putramu agar dia mau merubah perilakunya!” seru sang Naga.

“Baik, Naga! Terima kasih atas bantuannya,” ucap Empu Sidi Mantra.

Setelah mengambil semua perhiasan emas dan intan tersebut, Empu Sidi berpamitan kepada sang Naga. Setibanya di rumah, ia langsung memanggil putranya.

“Wahai, putraku Manik Angkeran! Bapa akan memberikan semua emas dan intan ini kepadamu, tapi dengan satu syarat, kamu harus berjanji untuk tidak berjudi lagi,” ujar Empu Sidi Mantra.

‘Baik, Bapa! Manik berjanji untuk tidak berjudi lagi,” ucap Manik Angkeran.

Empu Sidi Mantra pun percaya begitu saja pada ucapan putranya. Akhirnya, ia menyerahkan semua perhiasan emas dan intan tersebut kepada putranya. Dengan perasaan senang dan gembira, Manik Angkeran segera menjual semua perhiasan emas dan intan tersebut. Setelah itu, ia pergi membayar hutang-hutangnya. Ternyata, uang hasil penjualan emas dan intan tersebut tidak habis digunakan untuk melunasi seluruh hutangnya. Melihat jumlah uang yang masih tersisa begitu banyak, akhirnya ia pun tergiur untuk kembali bermain judi. Dengan uang itu, ia berharap akan menang dan memperoleh uang yang lebih banyak lagi. Tapi, nasib berkata lain, ia kalah berjudi dan uangnya pun habis. Bahkan, ia kembali dililit hutang. Akhirnya, ia kembali ke rumahnya dengan wajah lesu.

“Bapa! Aku sudah membayar semua hutangku kepada mereka,” kata Manik Angkeran dengan nada lemas.

“Ya, baguslah kalau begitu! Tapi, kenapa wajahmu tampak kusut begitu?” tanya bapanya heran.

“Maafkan aku, Bapa! Tadi aku bermain judi dan berhutang lagi,” jawab Manik Angkeran sambil menundukkan kepalanya.

“Apa katamu! Dasar anak keras kepala, tidak mau mendengar nasehat orang tua!” bentak bapanya.

“Maafkan aku, Bapa! Tolong bantu aku sekali ini saja, Bapa!” Manik Angkeran mengiba di hadapan ayahnya.

“Tidak! Bapa tidak dapat membantumu lagi. Bayar sendiri hutang-hutangmu itu!” seru bapanya dengan wajah memerah.

Manik Angkeran pun tidak bisa berbuat apa-apa. Ia kebingungan mencari cara untuk membayar hutang-hutangnya. Di tengah kebingungannya, tiba-tiba ia teringat bahwa bapanya memperoleh perhiasan emas dan intan di kawah Gunung Agung. Ia pun nekad mencuri genta milik bapanya, lalu pergi ke kawah gunung itu. Setibanya di sana, ia bingung lagi karena tidak mengerti doa dan mantra yang harus diucapkan. Akhirnya, ia mencoba membunyikan genta itu tanpa mengucapkan mantra. Setelah beberapa kali membunyikannya, tiba-tiba seekor naga besar keluar dari sarangnya dan menghampirinya.

“Ampun, Naga! Jangan memangsaku!” pinta Manik Angkeran.

“Hai, Anak Muda! Kamu siapa? Kenapa kamu membunyikan genta itu tanpa membaca mantra?” tanya Naga Besukih.

“A… a… Aku Manik Angkeran, putra Empu Sidi Mantra,” jawab Manik Angkeran dengan gugup.

“Hai, Manik Angkeran! Ada apa engkau memanggilku dengan genta yang kau curi dari bapamu itu?” tanya Naga Besukih.

Manik Angkeran pun menyampaikan maksud kedatangannya. Ia mengiba kepada Naga Besukih agar ia diberikan harta yang melimpah untuk membayar hutang-hutangnya.

“Naga! Kasihanilah Aku! Orang-orang akan membunuhku jika tidak segera membayar hutangku kepada mereka,” Manik Angkeran kembali mengiba.

Melihat kesedihan Manik Angkeran, sang Naga pun merasa kasihan kepadanya.

“Baiklah! Aku akan membantumu, tapi kamu harus berjanji untuk berhenti berjudi,” ujar Naga Besukih.

Setelah itu, sang Naga segera membalikkan badannya hendak mengeluarkan emas dan intan melalui sisik ekornya. Begitu ia hendak menyetakkan ekornya, tiba-tiba Manik Angkeran segera menghunus kerisnya dan memotong ekor naga itu. Tak ayal lagi, Naga Besukih pun meronta-ronta dan menjerit kesakitan. Ketika ia membalikkan badannya, Manik Angkeran telah pergi membawa ekornya yang penuh dengan emas dan intan itu. Ia berusaha untuk mengejarnya, namun putra Empu Sidi Mantra itu sudah menghilang entah ke mana. Ia hanya menemukan bekas tapak kakinya. Maka dengan kesaktiannya, ia membakar tapak kaki itu. Manik Angkeran yang telah pergi jauh meninggalkan kawah Gunung Agung pun merasakan kedua telapak kaki terasa panas, dan lama-kelamaan seluruh tubuhnya terbakar hingga akhirnya menjadi abu.

Sementara itu, di Kerajaan Daha, Empu Sidi Mantra dan istrinya sedang gelisah, karena anak semata wayang mereka menghilang. Mereka sudah mencarinya ke mana-mana, tapi tidak juga menemukannya.

“Pa! Ke mana perginya putra kita? Kita sudah mencarinya ke mana-mana, tapi tak seorang pun warga yang tahu keberadaannya?” tanya istri Empu Sidi Mantra dengan perasaan cemas.

Empu Sidi Mantra hanya terdiam sambil berpikir. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba ia tersentak kaget.

“Wah, jangan-jangan putra kita pergi ke Gunung Agung,” kata Empu Sidi Mantra.

“Kenapa Bapa bisa berpikiran begitu?” tanya istrinya.

“Aku berpikiran demikian, karena putra kita menghilang bersamaan dengan hilangnya genta saktiku. Dia pasti pergi ke kawah itu untuk menemui Naga Besukih,” jawab Empu Sidi Mantra.

Keesokan harinya, berangkatlah Empu Sidi Mantra ke kawah Gunung Agung untuk mencari putranya. Setibanya di sana, ia melihat Naga Besukih sedang gelisah di luar sarangnya.

“Wahai, Naga Besukih! Apakah engkau melihat putraku?” tanya Empu Sidi Mantra.

“Iya, Mpu! Kemarin dia ke sini meminta harta untuk membayar hutang-hutangnya. Namun, ketika aku hendak memberinya harta itu, tiba-tiba ia memotong ekorku, lalu membawanya pergi bersama harta itu,” jelas Naga Besukih.

“Apakah kamu tahu kemana perginya?” Empu Sidi Mantra kembali bertanya dengan perasaan cemas.

“Maaf, Mpu! Kamu tidak usah lagi mencari putramu. Aku telah membakarnya hingga binasa,” jawab Naga Besukih.


Betapa terkejutnya Empu Sidi Mantra mendengar berita buruk itu. Ia pun memohon kepada sang Naga agar putranya dihidupkan kembali.

“Maafkan aku dan putraku, Naga! Dia putraku satu-satunya. Aku mohon hidupkanlah dia kembali,” pinta Empu Sidi Mantra.

“Baiklah, Mpu! Demi persahabatan kita, aku akan memenuhi permitaanmu. Tapi dengan satu syarat, kamu harus mengembalikan ekorku,” kata Naga Besukih.

Empu Sidi Mantra pun berjanji untuk memenuhi syarat Naga Besukih. Dengan kesaktiannya, Naga Besukih berhasil menghidupkan kembali Manik Angkeran. Empu Sidi Mantra segera pergi mencari putranya. Setelah sekian lama mencari, akhirnya ia pun menemukan putranya di sebuah hutan lebat, dan kemudian mengajaknya kembali ke kawah Gunung Agung untuk menemui dan mengembalikan ekor Naga Besukih.

Setibanya di kawah Gunung Agung, Empu Sidi Mantra segera mengembalikan ekor Naga Besukih seperti semula. Setelah itu, ia bersama naga itu menasehati putranya agar benar-benar mau merubah perilakunya. Manik Angkeran pun sadar dan berjanji untuk mengikuti nasehat mereka. Sebagai hukuman, ia harus tinggal di sekitar Gunung Agung.

Akhirnya, Empu Sidi Mantra pun kembali ke Kerajaan Daha seorang diri. Ketika tiba di Tanah Benteng, ia menorehkan tongkat saktinya ke tanah untuk membuat garis batas antara dia dan putranya. Karena kesaktiannya, bekas torehan tongkatnya bertambah lebar sehingga tergenangi air laut, dan lambat laun tempat itu berubah menjadi sebuah selat. Oleh masyarakat setempat, selat itu dinamakan Selat Bali.

Yuk Segera Bergabung Bersama Kami Di Jpoker99 kami menyediakan 8 Jenis Permainan Dalam 1 ID bosku. Tidak perlu " 

Download Apk " karena Dijamin Poker Kami Bisa bermain Langsung Lewat HP Atau Pun Lewat Komputer bosku.
~ 8 Jenis Permainan ( Sakong, BANDAR POKER, Poker Texas Holdém, Domino99, BandarQ, AduQ, Capsa Susun, Bandar66 )
~ Deposit Pulsa Rate Tertinggi Buat Anda Bosku ( Telkomsel & XL )
~ Minimal Deposit 10 ribu
~ Minimal Withdraw 20 ribu
~ Tersedia 7 Bank Lokal Juga
~ Bank Online 24jam Kecuali Gangguan
~ Bebas Melakukan Transaksi DP / WD Dalam Satu Hari.
~ Bonus CashBack 0,3% 2x Seminggu / Bonus Referral 20% 
~ WA : +85578811422

 Daftar Sekarang

Friday 20 March 2020

Kisah Rakyat Putri kaca Mayang Dan Kisah Asal Mula Terbentuknya Kota Pekanbaru

01:48 0 Comments
JPoker99, Kisah Rakyat - Kota Pekanbaru adalah salah satu Daerah Tingkat II sekaligus sebagai ibukota Provinsi Riau, Indonesia. Sebelum ditemukannya sumber minyak, Pekanbaru hanyalah sebuah kota pelabuhan kecil yang berada di tepi Sungai Siak. Namun, saat ini Pekanbaru telah menjadi kota yang ramai dengan aktifitas perdagangannya. Letaknya yang strategis (berada di simpul segi tiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura), menjadikan Kota Pekanbaru sebagai tempat transit (persinggahan) para wisatawan asing, baik dari Singapura maupun Malaysia, yang hendak berkunjung ke Bukittinggi atau tempat-tempat lain di Sumatera.

Kisah Rakyat Putri kaca Mayang Dan Kisah Asal Mula Terbentuknya Kota Pekanbaru

Keberadaan Kota Pekanbaru yang ramai ini memiliki sejarah dan cerita tersendiri bagi masyarakat Riau. Terdapat dua versi mengenai asal-mula kota ini yaitu versi sejarah dan versi cerita rakyat. Menurut versi sejarah, pada masa silam kota ini hanya berupa dusun kecil yang dikenal dengan sebutan Dusun Senapelan, yang dikepalai oleh seorang Batin (kepala dusun). 

Dalam perkembangannya, Dusun Senapelan berpindah ke tempat pemukiman baru yang kemudian disebut Dusun Payung Sekaki, yang terletak di tepi Muara Sungai Siak. Perkembangan Dusun Senapelan ini erat kaitannya dengan perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Pada masa itu, raja Siak Sri Indrapura yang keempat, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah, bergelar Tengku Alam (1766-1780 M.), menetap di Senapelan, yang kemudian membangun istananya di Kampung Bukit berdekatan dengan Dusun Senapelan (di sekitar Mesjid Raya Pekanbaru sekarang). 

Tidak berapa lama menetap di sana, Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah kemudian membangun sebuah pekan (pasar) di Senapelan, tetapi pekan itu tidak berkembang. Usaha yang telah dirintisnya tersebut kemudian dilanjutkan oleh putranya, Raja Muda Muhammad Ali di tempat baru yaitu di sekitar pelabuhan sekarang. Selanjutnya, pada hari Selasa tanggal 21 Rajab 1204 H atau tanggal 23 Juni 1784 M., berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar dan Kampar), negeri Senapelan diganti namanya menjadi Pekan Baharu. Sejak saat itu, setiap tanggal 23 Juni ditetapkan sebagai hari jadi Kota Pekanbaru. Mulai saat itu pula, sebutan Senapelan sudah ditinggalkan dan mulai populer dengan sebutan Pekan Baharu. Sejalan dengan perkembangannya, kini Pekan Baharu lebih populer disebut dengan sebutan Kota Pekanbaru, dan oleh pemerintah daerah ditetapkan sebagai ibukota Provinsi Riau.

Sementara menurut versi cerita rakyat yang sampai saat ini masih berkembang di kalangan masyarakat Riau, kerajaan yang berdiri di tepi Sungai Siak itu bernama Gasib. Kerajaan ini diperintah oleh seorang raja yang bernama Gasib. Konon, Raja Gasib memiliki seorang putri yang cantik jelita, namanya Putri Kaca Mayang. Namun tak seorang raja atau bangsawan yang berani meminang sang Putri, karena mereka segan kepada Raja Gasib yang terkenal memiliki panglima gagah perkasa yang bernama Gimpam. Pada suatu hari, Raja Aceh memberanikan diri meminang sang Putri, namun pinangannya ditolak oleh Raja Gasib. 

Karena kecewa dan merasa terhina, Raja Aceh berniat membalas dendam. Apa yang akan terjadi dengan Kerajaan Gasib? Bagaimana nasib sang Putri? Lalu, apa hubungannya cerita ini dengan asal mula Kota Pekanbaru? Ingin tahu jawabannya? Ikuti kisahnya dalam Kisah Puteri Kaca Mayang Dan Asal Mula Kota Pekanbaru dibawah ini.

pada zaman dahulu kala, di tepi Sungai Siak berdirilah sebuah kerajaan yang bernama Gasib. Kerajaan ini sangat terkenal, karena mempunyai seorang panglima yang gagah perkasa dan disegani, Panglima Gimpam namanya. Selama ia menjadi penglima Kerajaan Gasib, tiada satu pun kerajaan lain yang dapat menaklukkannya.


Selain itu, Kerajaan Gasib juga mempunyai seorang putri yang kecantikannya sudah masyhur sampai ke berbagai negeri, Putri Kaca Mayang namanya. Meskipun demikian, tak seorang raja pun yang berani meminangnya. Mereka merasa segan meminang sang Putri, karena Raja Gasib terkenal mempunyai Panglima Gimpam yang gagah berani itu.

Pada suatu hari, Raja Aceh memberanikan dirinya meminang Putri Kaca Mayang. Ia pun mengutus dua orang panglimanya untuk menyampaikan maksud pinangannya kepada Raja Gasib. Sesampainya di hadapan Raja Gasib, kedua panglima itu kemudian menyampaikan maksud kedatangan mereka. Ampun, Baginda! Kami adalah utusan Raja Aceh. 

Maksud kedatangan kami adalah untuk menyampaikan pinangan raja kami, lapor seorang utusan. Benar, Baginda! Raja kami bermaksud meminang Putri Baginda yang bernama Putri Kaca Mayang, tambah utusan yang satunya.

 Maaf, Utusan! Putriku belum bersedia untuk menikah. Sampaikan permohonan maaf kami kepada raja kalian, jawab Raja Gasib dengan penuh wibawa. Mendengar jawaban itu, kedua utusan tersebut bergegas kembali ke Aceh dengan perasaan kesal dan kecewa.

Di hadapan Raja Aceh, kedua utusan itu melaporkan tentang penolakan Raja Gasib. Raja Aceh sangat kecewa dan merasa terhina mendengar laporan itu. Ia sangat marah dan berniat untuk menyerang Kerajaan Gasib.

Sementara itu, Raja Gasib telah mempersiapkan pasukan perang kerajaan untuk menghadapi serangan yang mungkin terjadi, karena ia sangat mengenal sifat Raja Aceh yang angkuh itu. Panglima Gimpam memimpin penjagaan di Kuala Gasib, yaitu daerah di sekitar Sungai Siak.

Rupanya segala persiapan Kerajaan Gasib diketahui oleh Kerajaan Aceh. Melalui seorang mata-matanya, Raja Aceh mengetahui Panglima Gimpam yang gagah perkasa itu berada di Kuala Gasib. Oleh sebab itu, Raja Aceh dan pasukannya mencari jalan lain untuk masuk ke negeri Gasib. Maka dibujuknya seorang penduduk Gasib menjadi penunjuk jalan.

Hai, orang muda! Apakah kamu penduduk negeri ini?, tanya pengawal Raja Aceh kepada seorang penduduk Gasib. Benar, Tuan! jawab pemuda itu singkat. Jika begitu, tunjukkan kepada kami jalan darat menuju negeri Gasib! desak pengawal itu. Karena mengetahui pasukan yang dilengkapi dengan senjata itu akan menyerang negeri Gasib, pemuda itu menolak untuk menunjukkan mereka jalan menuju ke Gasib. Ia tidak ingin menghianati negerinya. 

Maaf, Tuan! Sebenarnya saya tidak tahu seluk-beluk negeri ini, jawab pemuda itu. Merasa dibohongi, pengawal Raja Aceh tiba-tiba menghajar pemuda itu hingga babak belur. Karena tidak tahan dengan siksaan yang diterimanya, pemuda itu terpaksa memberi petunjuk jalan darat menuju ke arah Gasib.

Berkat petunjuk pemuda itu, maka sampailah prajurit Aceh di negeri Gasib tanpa sepengetahuan Panglima Gimpam dan anak buahnya. Pada saat prajurit Aceh memasuki negeri Gasib, mereka mulai menyerang penduduk. Raja Gasib yang sedang bercengkerama dengan keluarga istana tidak mengetahui jika musuhnya telah memporak-porandakan kampung dan penduduknya.
Ketika prajurit Aceh menyerbu halaman istana, barulah Raja Gasib sadar, namun perintah untuk melawan sudah terlambat. Semua pengawal yang tidak sempat mengadakan perlawanan telah tewas di ujung rencong (senjata khas Aceh) prajurit Aceh. Dalam sekejap, istana berhasil dikuasai oleh prajurit Aceh. Raja Gasib tidak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menyaksikan para pengawalnya tewas satu-persatu dibantai oleh prajurit Aceh. Putri Kaca Mayang yang cantik jelita itu pun berhasil mereka.

Panglima Gimpam yang mendapat laporan bahwa istana telah dikuasai prajurit Aceh, ia bersama pasukannya segera kembali ke istana. Ia melihat mayat-mayat bergelimpangan bersimbah darah. Panglima Gimpam sangat marah dan bersumpah untuk membalas kekalahan Kerajaan Gasib dan berjanji akan membawa kembali Putri Kaca Mayang ke istana.

Kisah Rakyat Putri kaca Mayang Dan Kisah Asal Mula Terbentuknya Kota Pekanbaru

Pada saat itu pula Panglima Gimpam berangkat ke Aceh untuk menunaikan sumpahnya. Dengan kesaktiannya, tak berapa lama sampailah Panglima Gimpam di Aceh. Prajurit Aceh telah mempersiapkan diri menyambut kedatangannya. Mereka telah menyiapkan dua ekor gajah yang besar untuk menghadang Panglima Gimpam di gerbang istana. Ketika Panglima Gimpam tiba di gerbang istana, ia melompat ke punggung gajah besar itu. Dengan kesaktian dan keberaniannya, dibawanya kedua gajah yang telah dijinakkan itu ke istana untuk diserahkan kepada Raja Aceh.

Raja Aceh sangat terkejut dan takjub melihat keberanian dan kesaktian Panglima Gimpam menjinakkan gajah yang telah dipersiapkan untuk membunuhnya. Akhirnya Raja Aceh mengakui kesaktian Panglima Gimpam dan diserahkannya Putri Kaca Mayang untuk dibawa kembali ke istana Gasib.

Setelah itu, Panglima Gimpam segera membawa Putri Kaca Mayang yang sedang sakit itu ke Gasib. Dalam perjalanan pulang, penyakit sang Putri semakin parah. Angin yang begitu kencang membuat sang Putri susah untuk bernapas. Sesampainya di Sungai Kuantan, Putri Kaca Mayang meminta kepada Panglima Gimpam untuk berhenti sejenak. Panglima! Aku sudah tidak kuat lagi menahan sakit ini. Tolong sampaikan salam dan permohonan maafku kepada keluargaku di istina Gasib, ucap sang Putri dengan suara serak. 

Belum sempat Panglima Gimpam berkata apa-apa, sang Putri pun menghembuskan nafas terakhirnya. Panglima Gimpam merasa bersalah sekali, karena ia tidak berhasil membawa sang Putri ke istana dalam keadaan hidup. Dengan diliputi rasa duka yang mendalam, Panglima Gimpam melanjutkan perjalanannya dengan membawa jenazah Putri Kaca Mayang ke hadapan Raja Gasib.


Panglima Gimpam yang mendapat laporan bahwa istana telah dikuasai prajurit Aceh, ia bersama pasukannya segera kembali ke istana. Ia melihat mayat-mayat bergelimpangan bersimbah darah. Panglima Gimpam sangat marah dan bersumpah untuk membalas kekalahan Kerajaan Gasib dan berjanji akan membawa kembali Putri Kaca Mayang ke istana.

Pada saat itu pula Panglima Gimpam berangkat ke Aceh untuk menunaikan sumpahnya. Dengan kesaktiannya, tak berapa lama sampailah Panglima Gimpam di Aceh. Prajurit Aceh telah mempersiapkan diri menyambut kedatangannya. 

Mereka telah menyiapkan dua ekor gajah yang besar untuk menghadang Panglima Gimpam di gerbang istana. Ketika Panglima Gimpam tiba di gerbang istana, ia melompat ke punggung gajah besar itu. Dengan kesaktian dan keberaniannya, dibawanya kedua gajah yang telah dijinakkan itu ke istana untuk diserahkan kepada Raja Aceh.

Raja Aceh sangat terkejut dan takjub melihat keberanian dan kesaktian Panglima Gimpam menjinakkan gajah yang telah dipersiapkan untuk membunuhnya. Akhirnya Raja Aceh mengakui kesaktian Panglima Gimpam dan diserahkannya Putri Kaca Mayang untuk dibawa kembali ke istana Gasib.

Setelah itu, Panglima Gimpam segera membawa Putri Kaca Mayang yang sedang sakit itu ke Gasib. Dalam perjalanan pulang, penyakit sang Putri semakin parah. Angin yang begitu kencang membuat sang Putri susah untuk bernapas. Sesampainya di Sungai Kuantan, Putri Kaca Mayang meminta kepada Panglima Gimpam untuk berhenti sejenak. Panglima! Aku sudah tidak kuat lagi menahan sakit ini. Tolong sampaikan salam dan permohonan maafku kepada keluargaku di istina Gasib, ucap sang Putri dengan suara serak. 

Belum sempat Panglima Gimpam berkata apa-apa, sang Putri pun menghembuskan nafas terakhirnya. Panglima Gimpam merasa bersalah sekali, karena ia tidak berhasil membawa sang Putri ke istana dalam keadaan hidup. Dengan diliputi rasa duka yang mendalam, Panglima Gimpam melanjutkan perjalanannya dengan membawa jenazah Putri Kaca Mayang ke hadapan Raja Gasib.

Yuk Segera Bergabung Bersama Kami Di Jpoker99 kami menyediakan 8 Jenis Permainan Dalam 1 ID bosku. Tidak perlu " 

Download Apk " karena Dijamin Poker Kami Bisa bermain Langsung Lewat HP Atau Pun Lewat Komputer bosku.
~ 8 Jenis Permainan ( Sakong, BANDAR POKER, Poker Texas Holdém, Domino99, BandarQ, AduQ, Capsa Susun, Bandar66 )
~ Deposit Pulsa Rate Tertinggi Buat Anda Bosku ( Telkomsel & XL )
~ Minimal Deposit 10 ribu
~ Minimal Withdraw 20 ribu
~ Tersedia 7 Bank Lokal Juga
~ Bank Online 24jam Kecuali Gangguan
~ Bebas Melakukan Transaksi DP / WD Dalam Satu Hari.
~ Bonus CashBack 0,3% 2x Seminggu / Bonus Referral 20% 
~ WA : +85578811422

 Daftar Sekarang

Follow Us @soratemplates